Jumat, 04 Februari 2011

Gambaran Pola Pemberian Makan Terhadap Status Gizi Balita di Posyandu Kemala II Kelurahan Suka Mulia Wilayah Kerja Puskesmas Sail Kota Pekanbaru Tahun 2010

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan karya tulis ilmiah (KTI) dengan judul “Gambaran Pola Pemberian Makan Terhadap Status Gizi Balita di Posyandu Kemala II Kelurahan Suka Mulia Wilayah Kerja Puskesmas Sail  Kota Pekanbaru Tahun 2010”.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas bimbingan dan motivasi yang telah diberikan sehingga karya tulis ilmiah  ini dapat diselesaikan. Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Bapak R.Sahknan, SKM, M.Kes., selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Riau.
2.      Ibu Ns. Fatmi Agus, S.Kep, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Riau.
3.      Ibu Dr. Hj. Nurayuni Yusra, selaku Kepala Puskesmas Sail Pekanbaru.
4.      Ibu Idayanti, S.Pd, M.Kes,  selaku pembimbing proposal yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, nasehat, dan pengarahan kepada penulis.
5.      Ibu Hj.Asniwar, S.Pd, selaku penguji I dan Bapak Alkausyari Aziz, S.KM, M.Kes selaku penguji II.
6.      Bapak dan Ibu Dosen Poltekkes Kemenkes Riau yang telah memberikan ilmu yang tidak terhingga kepada penulis dalam mengikuti pendidikan.
7.      Ayah dan ibu serta keluarga, yang selalu memberikan semagat dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah  ini.
8.      Rekan-rekan Mahasiswa/i Keperawatan, terima kasih atas kerja sama dan motivasinya  selama ini kepada penulis.
Penulis telah berusaha mencurahkan kemampuan tenaga dan waktu sehingga karya tulis ilmiah  ini telah dibuat dengan semaksimal mungkin. Namun bila terdapat kekurangan mohon kritik dan saran demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Pekanbaru,   Januari 2011


Penulis



DAFTAR ISI

                                                                                                      Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................... . i
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL............................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... vii
BAB I      PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1    Latar Belakang................................................................................... 1
1.2    Rumusan Masalah..............................................................................  6
1.3    Tujuan Penelitian................................................................................  6
1.4    Manfaat Penelitian..............................................................................  6
1.5 Ruang Lingkup  ..................................................................................  7
BAB II    TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................  8
2.1  Pola Makan........................................................................................ 8
2.2.  Macam-Macam Zat Gizi.................................................................... 9
2.3. Kebutuhan Gizi Balita..........................................................................11
2.3 Cara Pemberian Makan .......................................................................13
2.3  Menu Pemberian Makanan .................................................................16
2.4  Status Gizi ..........................................................................................19
2.4.1    Pengertian............................................................................... 19
2.4.2    Penilaian status gizi.................................................................. 19
2.5  Kartu Menuju Sehat (KMS) .............................................................. 24

BAB III   KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL........... 27
3.1  Kerangka Konsep............................................................................... 27
3.2  Definisi Operasional............................................................................. 27
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 29
4.1  Jenis Penelitian....................................................................................... 29
4.2  Tempat dan Waktu................................................................................ 29
4.3  Populasi dan Sampel.............................................................................. 29
4.4  Instrumen Penelitian............................................................................... 31
4.5  Alat Pengumpulan Data......................................................................... 31
4.6  Teknik Pengolahan Data........................................................................ 32
4.7  Analisa Data.......................................................................................... 33
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................... 34
5.1  Hasil Penelitian...................................................................................... 34
5.2  Pembahasan.......................................................................................... 38
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ 41
6.1  Kesimpulan........................................................................................... 41
6.2  Saran.................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
 DAFTAR TABEL
                                                                                       Halaman
Tabel 1.1     Distribusi status gizi balita bawah garis merah (BGM) bulan januari – desember tahun 2009   ...................................................................................................... 4
Tabel 1.2     Jumlah Balita di Kelurahan Suka Mulia....................................................... 5
Tabel 2.1     Pola Makanan Balita................................................................................ 12
Tabel 3.1     Definisi Operasional................................................................................. 22
Tabel 4.1     Distribusi Responden Menurut Umur Ibu.................................................. 34
Tabel 4.2     Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu..................................... 35
Tabel 4.3     Distribusi Responden Berdasarkan Pedidikan Ibu..................................... 35
Tabel 4.4     Distribusi Responden Berdasarkan Umur Anak Balita............................... 36
Tabel 4.5     Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Anak Balita................... 36
Tabel 4.6     Distribusi Responden Menurut Cara Pemberian Makanan......................... 37
Tabel 4.7     Distribusi Responden Menurut Menu Pemberian Makanan........................ 37
Tabel 4.8     Distribusi Responden Menurut Status Gizi Anak Balita.............................. 38
 DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1      Lembaran pengajuan judul Proposal Penelitian
Lampiran 2      Lembaran Surat izin melakukan survey awal penelitian 
Lampiran 3      Surat izin riset/penelitian
Lampiran 4      Surat izin melakukan pengambilan data di Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru
Lampiran 5      Surat izin melaksanakan penelitian
Lampiran 6      Surat balasan dari Puskesmas Sail
Lampiran 7      Lembaran permohonan menjadi responden
Lampiran 8      Lembaran Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 9      Lembaran kuesioner penelitian
Lampiran 10    Lembar konsultasi bimbingan Proposal Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN 
1.1    Latar Belakang
Lebih dari 90% anak di Dunia lahir hidup di negara berkembang setiap tahun. 35.000 dari mereka mati setiap hari, sebagian besar karena masalah yang umum dan mudah di cegah. Kesehatan dan sakit anak ini adalah akibat dari dinamika kompleks faktor-faktor lingkungan, sosial, politik dan ekonomi. Tidak ada intervensi tunggal yang secara sukses memotong siklus morbiditas dan mortalitas yang membayangi mereka (Nelson, 2002:28). Kekurangan gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius dikebanyakan negara berkembang. Di India, kekurangan zat besi, kekurangan vitamin A, dan kelainan kekurangan yodium terbesar adalah makna kesehatan masyarakat (www.google.co.id, 2002).
Pada tahun 1989, prevalensi balita bergizi kurang (Skor Z Berat Badan menurut Umur) mencapai 37,5%. Pada tahun-tahun berikutnya prevalensi kurang gizi pada balita terus mengalami penurunan, sehingga pada tahun 2000 prevalensi kurang gizi pada balita menjadi 24,7%. Akan tetapi mulai tahun 2000 setelah Indonesia mengalami krisis multidimensi, prevalensi gizi kurang mengalami kenaikan lagi berturut-turut menjadi 26,1%(2001), 27,3%(2002) dan 27,5%(2003) (www.depkes.go.id2004).
Meskipun prevalensi gizi buruk di Indonesia menunjukkan penurunan, Depkes tetap mewaspadai 19 provinsi yang memiliki angka gizi buruk di atas kasus nasional. Karena itu, Depkes meningkatkan penambahan desa siaga diseluruh provinsi Indonesia. Menurut Hernawati (2009) mengatakan, berdasarkan riset kesehatan dasar yang dilakukan Depkes, prevalensi gizi buruk secara nasional pada balita sebesar 5,4 %. Sedangkan, gizi kurang adalah 13 %. Artinya, tiap 100 ribu balita, 5,4 % di antaranya mengalami gizi buruk. Pencapaian itu dinilai memenuhi target rencana jangka panjang dan  menengah untuk perbaikan gizi. Termasuk sudah memenuhi millennium development gold pada tahun 2015, dimana angka gizi buruk harus sudah turun menjadi 18,5 %.Di beberapa provinsi masih ada kasus gizi buruknya di atas prevalensi nasional. Misalnya, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dengan angka 10,7 %, Nusa Tenggara Timur (NTT) 9,4 %, Nusa Tenggara Barat (NTB) 8,1 %, Sumatera Utara (8,4 %), Sulawesi Barat (10 %), Sulawesi Tengah (8,9 %), dan Maluku (9,3 %). Ada juga provinsi-provinsi yang kasus gizi buruk maupun kurang gizinya cukup tinggi. Yakni, NTT, NTB, Sulteng, dan Maluku. Karena itu, berbagai penanganan diupayakan untuk menangani kasus gizi buruk, terutama untuk daerah dengan tingkat kejadian cukup tinggi.
Gizi buruk terjadi lantaran ketidak-seimbangan antara berat badan terhadap usia. Masalah gizi kedua adalah kurang gizi akut. Masalah tersebut terjadi karena ketidakseimbangan berat badan terhadap tinggi badan. Ada dua jenis kurang gizi akut. Yakni, kurus dan kurus sekali. Sedangkan, persoalan ketiga adalah kekurangan gizi kronis. Kasus itu terjadi karena ketidak-seimbangan tinggi badan terhadap usia. Ironisnya, kasus tersebut di Indonesia juga cukup tinggi. Kasus balita dengan tinggi badan sangat pendek di Indonesia 18,8 %. Sedangkan, kasus balita pendek 18 %. ’’Artinya, balita dengan tinggi badan normal hanya 63,20 %, ujarnya. Karena itu, problem gizi tersebut juga harus ditangani serius. Salah satunya juga dengan memutus mata rantai kemiskinan. Termasuk, memperbaiki pola asuh orang tua yang masih sering keliru. Orang tua harus mengusahakan konsumsi karbohidrat, protein, vitamin, mineral secara imbang untuk anaknya (www.manduamas.com 2009).
Menurut WHO, terjadinya kekurangan gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni terjangkit penyakit, infeksi, dan asupan makanan yang secara langsung berpengaruh terhadap kekurangan gizi. Sementara pola asuh dan pengetahuan sang ibu juga salah satu faktor penentu secara tidak langsung (www.gizi.net 2004).
Menurut Soetjiningsih (1995:10) menyatakan, pertama dengan sosial ekonomi yang cukup dan jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang di terima anak, apalagi kalau jarak anak terlalu dekat, berarti sosial ekonomi yang cukup tidak menjamin status gizi anak balita itu baik. Kedua masalah pendidikan, pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak dan ini sangat erat dengan masalah yang ketiga yaitu pola pengasuahan anak, karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar , terutama tentang pengasuhan anak yang baik
Meningkatnya kasus gizi buruk kronis di Riau tahun ini disebabkan oleh faktor ketidaktahuan orangtua terhadap pola makan balita. Misalnya masih banyaknya orang tua memberikan makanan tambahan berupa pisang kepada bayi di bawah umur enam bulan (www.riau info.com 2008).
Status gizi adalah keadaan gizi seseorang yang dapat dinilai untuk mengetahui apakah seseorang itu normal atau bermasalah (gizi salah). Gizi salah adalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kekurangan/kelebihan atau ketidakseimbangan zat-zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, kecerdasan dan aktifitas/produktifitas (DKK Pekanbaru, 2008).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru tahun 2009, dari 19  Puskesmas yang ada di Pekanbaru, Puskesmas Sail merupakan persentase tertinggi anak balita  Bawah Garis Merah (BGM) yaitu 1,90% yang berjumlah 51 orang dari 3.570 balita., untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 1.1 berikut ini.
Tabel 1.1
Distribusi status Gizi Balita  Bawah Garis Merah (BGM)
Bulan Januari-Desember Tahun 2009
No
Puskesmas
S
D
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
okt
Nov
Des
Total
Rata-rata
%
1
Melur
4.199
2.750
19
16
19
18
18
18
18
17
17
18
18
16
212
18
0,65
2
Langsat
4.013
3.655
26
25
26
25
26
26
26
26
28
26
26
25
311
26
0,71
3
Senapelan
5.949
3.357
7
8
10
13
13
15
14
30
31
25
25
25
216
18
0,54
4
Rumbai
6.007
4.648
44
53
54
47
46
42
44
48
47
44
44
43
556
46
0,99
5
Karya wanita
2.674
1.232
12
12
12
9
9
9
12
13
12
12
11
11
134
11
0,89
6
Umbansari
5.973
4.102
31
32
32
32
32
32
34
32
32
32
32
32
385
32
0,78
7
Muara fajar
1.285
1.012
15
16
11
10
12
12
13
13
15
14
14
13
158
13
1,28
8
Limah puluh
6.543
5.089
28
27
27
28
29
29
28
28
28
28
28
29
337
28
0,55
9
Sail
3.570
2.683
57
61
56
56
49
54
59
54
50
39
44
37
616
51
1,90
10
Pekanbaru kota
4.764
2.813
22
22
22
22
22
21
22
23
23
23
22
22
265
22
0,78
11
Simpang tiga
3.940
3.523
56
55
48
44
43
40
40
42
44
54
41
46
553
54
1,53
12
Garuda
13.181
6.880
66
59
54
39
40
39
41
38
38
41
41
43
534
45
0,65
13
Harapan raya
11.757
7.415
27
27
27
28
30
29
31
33
33
33
30
29
357
30
0,40
14
Rejosari
11.343
8.016
37
41
35
40
34
35
35
32
32
35
42
34
422
35
0,44
15
Tenayan raya
2.495
1.202
5
10
12
12
13
12
12
12
12
12
13
12
137
11
0,65
16
Payung sekaki
10.372
7.204
10
12
10
6
13
5
10
49
15
11
9
9
159
13
0,18
17
Sidomulyo
8.876
5.471
32
32
32
32
32
15
15
15
15
15
12
12
259
22
1,40
18
Sidomulyo ri
2.328
1.303
7
7
26
27
27
27
29
32
32
34
15
11
274
23
1,77
19
Simpang baru
2.676
1.668
17
26
23
24
28
19
21
25
32
32
14
13
274
23
1,38
profil : Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru 2009

kemudian dari data yang diperoleh dari Puskesmas Sail Pekanbaru  tahun 2010, anak balita bawah garis merah sebanyak 17 balita dari 10 posyandu yang ada di kelurahan Suka Mulia wilayah kerja Puskesmas Sail dan merupakan posyandu dengan jumlah balita paling banyak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut ini.
Tabel 1.2
Jumlah Anak Balita Bawah Garis Merah
di Kelurahan Suka Mulia
No
Nama Posyandu
Jumlah Balita
Jumlah
BGM
1
Handayani
60
1
2
Kemala I
40
1
3
Kemala II
96
5
4
GG Buntu
50
2
5
Fadillah I
56
1
6
Fadillah II
60
-
7
Sukoharjo
49
1
8
Mayang kelapa
81
2
9
Dwikora
92
3
10
Kasih Ibu
53
1

Dari Studi awal di lapangan anak Balita yang menderita Gizi buruk dan Gizi kurang disebabkan karena pengaruh lingkungan, anak lebih asik bermain dengan teman sebayanya yang menyebabkan anak tersebut sering menolak untuk diberi makan tepat pada waktunya.
Berdasarkan uraian di atas penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Pola Pemberian Makan Terhadap Status Gizi Balita di Posyandu Kemala II Kelurahan Suka Mulia Wilayah Kerja Puskesmas Sail  Kota Pekanbaru Tahun 2010.

1.2    Rumusan masalah
 Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut
Bagaimanakah Gambaran Pola Pemberian Makan Terhadap Status Gizi Balita di Posyandu Kemala II Kelurahan Suka Mulia Wilayah Kerja Puskesmas Sail Kota Pekanbaru Tahun 2010 ?
1.3  Tujuan Penelitian
1.3.1.   Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Pola Pemberian Makan Terhadap Status Gizi Balita di Posyandu Kemala II Kelurahan Suka Mulia Wilayah Kerja Puskesmas Sail  Kota Pekanbaru Tahun 2010.
1.3.2.   Tujuan Khusus
a.    Untuk mengetahui cara pemberian makanan pada anak balita di Posyandu Kemala II Kelurahan Suka Mulia Wilayah Kerja Puskesmas Sail tahun 2010.
b.    Untuk mengetahui menu pemberian makanan pada anak  balita di Posyandu Kemala II Kelurahan Suka Mulia Wilayah Kerja Puskesmas Sail tahun 2010.
1.4   Manfaat Penelitian
1.4.1.   Bagi peneliti
Dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan khususnya dalam penelitian pola pemberian makanan terhadap status gizi anak balita di Posyandu Kemala II Kelurahan Suka Mulia Wilayah Kerja Puskesmas Sail  Kota Pekanbaru tahun 2010.

1.4.2.   Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan informasi dan pengembangan keilmuan yang berkelanjutan dilembaga pendidikan khususnya pada penelitian sejenis.
1.4.3.   Bagi instansi pelayanan kesehatan
Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan di puskesmas dalam upaya pemberian makanan terhadap status gizi  pada anak balita di Posyandu Kemala II Kelurahan Suka Mulia Wilayah Kerja Puskesmas Sail Tahun 2010.

1.5    Ruang Lingkup Penelitian
Oleh karena keterbatasan kemampuan, waktu dan dana, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini, yaitu Gambaran pola pemberian makanan yang meliputi cara pemberian makanan dan menu pemberian makanan terhadap status gizi anak balita di Posyandu Kemala II Kelurahan Suka Mulia Wilayah Kerja Puskesmas Sail  Kota Pekanbaru tahun 2010.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pola Makan
Pola makan adalah cara yang ditempuh seseorang/sekelompok orang untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial (Suhardjo, 1986: 35).
Pengertian pola makan menurut Lie goan Hong dalam Sri Kerjati     (1985) adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang di makan tiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu (Santoso, 2004:89).
8
Makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia. Makanan yang dikonsumsi beragam jenis dengan berbagai cara pengolahannya. Di masyarakat dikenal pola makan atau kebiasaan makan yang ada pada masyarakat dimana seorang anak hidup. Pola makan kelompok masyarakat tertentu juga menjadi pola makan anak. Pola makan mempengaruhi penyusunan menu. Seorang anak dapat memiliki kebiasaan makan dan selera makan, yang terbentuk dari kebiasaan dalam masyarakat. Jika menyusun hidangan untuk anak, hal ini perlu diperhatikan disamping kebutuhan zat gizi untuk hidup sehat dan bertumbuh kembang. Kecukupan zat gizi ini berpengaruh pada kesehatan dan kecerdasan anak, maka pengetahuan dan kemampuan mengelola makanan sehat untuk anak adalah suatu hal yang amat penting (Santoso,2004:41).
2.2.  Macam-Macam Zat Gizi
Pangan dan gizi sangat berkaitan erat karena gizi seseorang sangat tergantung pada kondisi pangan yang dikonsumsinya. Masalah pangan antara lain menyangkut ketersediaan pangan dan kerawanan konsumsi pangan yang dipengaruhi oleh kemiskinan, rendahnya pendidikan, dan adat/kepercayaan yang terkait dengan tabu makanan. Sementara, permasalahan gizi tidak hanya terbatas pada kondisi kekurangan gizi saja, melainkan tercakup pula kondisi kelebihan gizi (Yayuk Farida, 2004 : 19).
Menurut Sunita Almatsier (2004 : 1), zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan.
Zat-zat makanan yang diperlukan tubuh dapat dikelompokkan menjadi 5, yaitu : karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
1)      Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber tenaga utama kegiatan sehari-hari Terdiri dari unsur C, H, dan O. Berdasarkan gugus penyusun gulanya dapat dibedakan menjadi monosakarida, disakarida dan polisakarida. Karbohidrat terdiri dari tepung terigu seperti : nasi, kentang, mie, ubi, singkong dll, gula seperti : gula pasir, gula merah dll. Dampak yang ditimbulkan apabila kekurangan karbohidrat sebagai sumber energi dan kekurangan protein adalah KEP (Kurang Energi Protein).


2)      Protein
Terdiri dari unsur C, H, O dan N, dan kadang – kadang S dan P, diperoleh melalui tumbuh-tumbuhan (protein nabati) dan melalui hewan (protein hewani) berfungsi : Membangun sel – sel yang telah rusak, membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon, membentuk zat anti energi, dalam hal ini tiap gram protein menghasilkan sekitar 4,1 kalori Perlu diperhatikan bahwa apabila tubuh menderita kekurangan protein, maka serangan penyakit busung lapar (hongeroedeem) akan selalu terjadi. Protein banyak terdapat pada ikan, daging, telur, susu tahu, tempe dll.
3)      Lemak
Lemak juga merupakan sumber tenaga. Lemak merupakan senyawa organik yang majemuk, terdiri dari unsur-unsur C, H, O yang membentuk senyawa asam lemak dan gliserol (gliserin) apabila bergabung dengan zat lain akan membentuk lipoid --- fosfolipid dan sterol. Berfungsi : penghasil kalori terbesar yang dalam hal ini tiap gram lemak menghasilkan sekitar 9,3 kalori ; sebagai pelarut vitamin tertentu, seperti A, D, E, K ; sebagai pelindung alat-alat tubuh dan sebagai pelindung tubuh dari temperatur rendah.
4)      Vitamin
Vitamin dikelompokkan menjadi; vitamin yang larut dalam air, meliputi vitamin B dan C dan vitamin yang larut dalam lemak/minyakmeliputi A, D, E, dan K. Di Indonesia saat ini anak kelompok balita menunjukkan prevalensi tinggi untuk defisiensi vitamin A. Vitamin A(Aseroftol) berfungsi : penting bagi pertumbuhan sel-sel epitel dan penting dalam proses oksidasi dalam tubuh serta sebagai pengatur kepekaan rangsang sinar pada saraf mata.
5)      Mineral
Mineral merupakan zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang sangat sedikit. Contoh mineral adalah zat besi/Fe, zat fosfor (P),zat kapur (Ca), zat fluor (F), natrium (Na), chlor (Cl), dan kalium (K).Umumnya mineral terdapat cukup di dalam makanan sehari-hari. Mineral mempunyai fungsi : sebagai pembentuk berbagai jaringan tubuh, tulang, hormon, dan enzim ; sebagai zat pengatur berbagai proses metabolisme, keseimbangan cairan tubuh, proses pembekuan darah. Zat besi atau Fe berfungsi sebagai komponen sitokrom yang penting dalam pernafasan dan sebagai komponen dalam hemoglobin yang penting dalam mengikat oksigen dalam sel darah merah.

2.3. Kebutuhan Gizi Balita
Gizi kurang banyak menimpa anak-anak balita sehingga golongan anak ini disebut golongan rawan gizi. Masa peralihan antara saat disapihdan mulai mengikuti pola makanan orang dewasa atau bukan anak merupakan masa gawat karena ibu atau pengasuh anak mengikuti kebiasaan yang keliru (Sajogyo et al, 1994 : 31).
Kebutuhan zat gizi tidak sama bagi semua orang, tetapi tergantung banyak hal antara lain umur. Di bawah ini adalah angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan pada bayi dan balita, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1
Pola Makanan Balita

Umur (Bulan)
Bentuk Makanan

0 – 4
ASI Eksklusif

4 – 6
Makanan lumat

6 – 12
Makanan lembek

12 – 24
Makanan keluarga
1-1½ piring nasi/pengganti
2-3 potong lauk hewani
1-2 potong lauk nabati
½ mangkuk sayur
2-3 potong buah-buahan
1 gelas susu

24 ke atas
1-3 piring nasi/pengganti
2-3 potong lauk hewani
1-2 potong lauk nabati
1-1½ mangkuk sayur
2-3 potong buah-buahan
1-2 gelas susu

Sumber : DepKes RI, 2002 : 36.

Keterangan :
-    Makanan lumat yaitu makanan yang dihancurkan dibuat dari tepung dan tampak homogen. Contoh : bubur susu, bubur sumsum, biskuit ditambah air panas, pepaya saring, pisang saring dll.
-    Makanan lembek atau lunak yaitu makanan yang dimasak dengan banyak air dan tampak berair. Contoh : bubur nasi, bubur ayam, bubur kacang ijo (DKK RI, 2000 :33).
Suatu makanan campuran dengan pangan pokok sebagai sumber protein yang baik, beberapa buah dan sayuran serta beberapa lemak atau minyak akan mengandung komponen pokok makanan seimbang jika dimakan dalam jumlah yang cukup dan sehat. Pemilihan pangan yang dimakan sedapat-dapatnya harus beraneka ragam. Suatu ketentuan yang baik untuk diikuti ialah makan sekurang-kurangnya sepuluh jenis pangan yang berlainan setiap hari (Suhardjo dkk, 1986 : 110). Pengetahuan tentang kadar zat gizi dalam berbagai bahan makanan bagi kesehatan keluarga dapat membantu ibu memilih bahan makanan yang harganya tidak begitu mahal akan tetapi nilai gizinya tinggi (Moehji, 2002: 6).
Setiap anggota keluarga khususnya balita harus cukup makan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan tubuh, sehingga keluarga perlu belajar menyediakan gizi yang baik di rumah melalui pangan yang disiapkan dan dihidangkan serta perlu membagikan pangan di dalam keluarga secara merata, sehingga setiap orang dapat makan cukup pangan yang beranekaragam jenisnya guna memenuhi kebutuhan perorangan (Suhardjo dkk,1986 : 114).
Membentuk pola makan yang baik untuk seorang anak menuntut kesabaran seorang ibu. Pada usia pra sekolah, anak-anak sering kali mengalami fase sulit makan. Kalau problem makan ini berkepanjangan maka dapat mengganggu tumbuh kembang anak karena jumlah dan jenis gizi yang masuk dalam tubuhnya kurang (Khomsan, 2004 : 33).
2.4. Cara Pemberian Makan
    Agar lebih berhasil dalam memberikan makan kepada anak, orang tua harus mempunyai taktik, pedoman pemberian makan yang lebih baik terperinci adalah sebagi berikut (Apriadji, 1996).
a)      Jangan memaksakan anak–anak untuk menghabiskan makanan dengan segera. Apakah ia akan makan dalam waktu singkat ataukah lama sekali, itu tidak penting. Yang harusnya anda perhatikan adalah bagaimana perkembangan selera makannya, porsi makannya. Kalau ia sudah bisa lebih leluasa makan beragam bahan makanan yang kita berikan dan lagi menyisakan makanannya berarti hal ini merupakan perkembangan yang menggembirakan.
b)      Anak harus diberi kebebasan untuk menentukan dengan siapa ia makan. Kalau ia makan sendiri janganlah begitu saja menyeretnya kemeja makan. Jika anda berpandangan bahwa anak harus dilatih untuk makan semeja dengan bapak/ibu dan saudaranya yang lain, tanamkanlah hal itu secara halus dengan diberi pengertian–pengertian, tetapi kalau anak masih bersikeras ingin makan sendiri, berikan kesempatan itu. Sebab akan tiba sendiri waktunya di mana ia merasa lebih enak makan bersama-sama. Tidak ada salahnya jika orang tua berinisiatif mengundang teman–temannya sebaya untuk makan bersama–sama.
c)      Peralatan makan bagi anak sebaiknya disediakan secara khusus, misalnya kursi dan meja di buat lebih kecil, di cat dengan warna merah meriah dan diberi gambar–gambar yang menyenangkan bagi anak–anak, hal ini penting untuk merangsang nafsu makannya. Namun demikian tidaklah terlalu mutlak benar.
d)     Anak–anak biasanya tidak menyukai makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin, makanan hangat lebih cocok baginya.
e)      Anak–anak harus dibiasakan makan tiga kali sehari. Di antara waktu makan tersebut diberikan makanan selingan (jajanan). Tetapi jika anak menginginkan maka kitapun bisa memberikannya makan lebih dari tiga kali, misalnya empat atau lima kali. Terutama jika anak hanya mampu menghabiskan makanan sedikit setiap kali makan.
f)       Penyajian makan harus dibuat semenarik mungkin. Dalam hal ini kreasi orang tua memang memegang peranan penting.
g)      Perkenalkan bermacam–macam bahan makanan padanya. Kalau memang memungkinkan olahlah bahan tersebut masakan/makanan kegemarannya. Mula–mula berikan sedikit dahulu sampai kemudian ia merasa benar-benar sudah mengemarinya.
h)      Ketika anak sedang makan pembicaraan mengenai makanan yang disukai dan yang tidak disukai sebaiknya dihindarkan. Apalagi jika hal itu menyangkut selera makan anak kita. Dan satu hal yang patut diperhatikan, jangan memberikan makanan yang kurang menyenangkan terhadap makanan yang disukai anak kita.
i)        Latihan bagi anak kita agar ia mempunyai kebiasaan makan yang baik sangatlah diperlukan. Baik sekali jika orang tua membiasakan diri tidak memberikan makanan bergula terlalu berlebihan, selain dapat merusak gizi makanan bergula akan menghilangkan nafsu makan.
j)        Jika anak sudah bisa menentukan sendiri seberapa banyak makanan yang diinginkan (dan bisa dihabiskan ) biarkanlah ia mengambilnya sendiri.
Banyak orang tua bingung memutuskan pola asuh makan ynag bagaimana yang baik untuk anak–anaknya. Informasi gizi sebenarnya kini sudah banyak tersebar melalui berbagai media massa. Oleh karena itu orang tua bisa menilai dirinya sendiri apakah pola makan mereka saat ini sudah memenuhi anjuran gizi seimbang. Kalau jawabannya sudah, maka mereka tinggal menerapkan pada anaknya yang masih balita. Kebiasaan makan yang baik yang ditanamkan sejak anak masih kecil akan berpengaruh terhadap status gizi anak tersebut (Khomsan, 2002).

2.4. Menu Pemberian Makanan
Amalia mengatakan, Sebelum menyusun menu harus dipertimbangkan berbagai persyaratan makanan untuk si kecil, sebagai berikut :
1.      Cukup Energi dan Zat Gizi
          Susunan makanan yang cukup energi dan zat gizi untuk tumbuh kembang   optimal si kecil adalah susunan hidangan seimbang  yang terdiri atas tiga golongan bahan makanan yaitu sumber zat pembangun, sumber zat pengatur tubuh, dan makanan sumber tenaga.
2.      Pola Menu Seimbang
          Pola menu seimbang adalah pengaturan makanan yang sehat dengan susunan hidangan menu sesuai dengan kebutuhan gizi esensial dalam jumlah yang ideal serta disesuaikan dengan daya toleran si anak.
Menurut Lie 1985, menu yang seimbang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Menghasilkan cukup energi yang diperlukan tubuh
b.      Memenuhi kebutuhan protein untuk pertumbuhan, mekanisme pertahanan, perbaikan jaringan yang rusak, dan pemeliharaannya
c.       Mengandung cukup lemak untuk mamberikan asam lemak esensial dan melarutkan vitamin yang larut lemak
d.      Memberikan vitamin dan mineral dalam jumlah yang ideal.
3.      Porsi Makanan
Porsi makanan pada Balita harus mempunyai kandungan air dan serat yang sesuai dengan daya toleransi, tekstur makanannya agak lunak (mudah dicerna), porsinya kecil dan sering. Pembagian waktu pemberian makanan pada Balita dalam satu hari sebagai berikut :
a.       Makan pagi
b.      Selingan pagi
c.       Makan siang
d.      Selingan sore
e.       Makan malam
f.       Sebelum tidur
          Makanan selingan sangat diperlukan, terutama jika porsi makanan yang utama yang dikonsumsi si kecil pada saat makan pagi, siang, malam belum mencukupi.Pemberian makanan selingan tidak boleh berlebihan, karena dapat menyebabkan nafsu makan si kecil pada saat menyantap makanan utamanya berkurang akibat kekenyangan oleh makanan selingan. Pemilihan menu  makanan selingan juga perlu diperhatikan. Pemilihan makanan harus sesuai dengan fungsinya, yaitu sebagai berikut:
(1)   Mencukupi asupan nutrisi yang mungkin kurang pada saat pemberian makan pagi, siang, atau sore.
(2)   Memperkenalkan aneka ragam jenis makanan yang terdapat dalam makanan selingan.
(3)   Mengatasi masalah pada anak yang sulit makan nasi
(4)   Untuk mencukupi kebutuhan kalori terutama pada anak-anak yang banyak melakukan aktivitas.
Makanan selingan diberikan pada si kecil hanya pada waktu antara makan pagi dan makan siang (sekitar pukul 9.00 – 10.00) dan antara pemberian makan siang dan makan malam (antara pukul 15.00 – 16.00).
4.      Memilih Bahan Makanan
Bahan makanan untuk usia balita harus dipililh yang tidak merangsang, rendah serat, dan tidak mengandung gas. Dlam merencanakan menu untuk si kecil, terdapat tujuh golongan makanan untuk  yang dapat digunakan, antara lain :
a.       Nasi dan penggantinya sebagai sumber
b.      Lauk hewani sebagai sumber protein hewani
c.       Kacang-kacangan sebagai sumber protein nabati
d.      Sayur-sayuran sebagai sumber zat pengatur
e.       Buah-buahan sebagai sumber zat pengatur
f.       Susu sebagai sumber  tenaga, protein, dan pengatur
g.      Minyak dan lemak sebagai sumber tenaga.




2.4.             Status Gizi
2.4.1.   Pengertian
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai  akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat–zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih (Almatsier, 2004:3).
Status gizi (nutrian status)adalah ekpresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu  (Supariasa, 2002:18).
2.4.2        Penilaian status gizi
1.    Secara langsung.
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat         penilaian yaitu : antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.
a.         Antropometri
1)        Pengertian
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia ditinjau dari  sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagi tingkat umur dan tingkat gizi.
2)        Jenis parameter
a.    Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi.  Kesalahan    penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.
Menurut Puslitbang Gizi Bogor (1980). Batas umur yang digunakan adalah tahun umur penuh dan untuk umur 8 – 2 tahun digunakan bulan usia penuh.
Contoh      : Tahun usia penuh
Umur         : 7 tahun 2 bulan, dihitung 7 tahun
Contoh      : Bulan usia penuh                     
Umur         : 3 tahun 27 hari, dihitung 3  bulan
b.    Berat badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir. Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi normal/Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Pada masa bayi Balita, BB dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi. Di samping itu pula berat badan dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat X makanan.
b.        Klinis
1)        Pengertian
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai  status gizi masyarakat. Metode ini disarankan atas perubahan–perubahan yang tejadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosaoral atau pada organ–organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
2)        Penggunaan
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat tanda– tanda klinis umum dari kekurangan salah satu/lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda dan gejala atau riwayat penyakit.
c.         Biokimia
1)        Pengertian
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan   spesimen  yang di uji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagi macam jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
2)        Penggunaan  
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadinya keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi.



d.        Biofisik
1)        Pengertian
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi dan melihat struktur dari jaringan.
2)        Penggunaan
Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
2.    Secara tidak langsung
1.      Survei konsumsi makanan
a.     Pengertian
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi dikonsumsi.
b.    Penggunaan
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, kekurangan dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekuranagan zat gizi.
2.      Statistik vital
a.       Pengertian
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisa data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
b.      Penggunaan
Penggunaaan di pertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.
3.    Faktor ekologi
a.    Pengertian
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya, jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain–lain.
b.    Penggunaan
Pengukuran faktor ekologi di pandang penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.
3.    Cara Penilaian Status Gizi  Berdasarkan Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (supariasa, 2001)
Baku Antopometri Menurut Standar WHO-NCHS Berat Badan menrut Umur (bb/u) : Gizi Lebih : >2 SD, Gizi Baik : -2 SD s/d 2 SD, Gizi Kurang:  < - 2 SD s/d 3 SD, Gizi Buruk: < - 3 SD  (Depkes RI, 2003)
2.5. Kartu Menuju Sehat (KMS)
a.       Pengertian
            KMS adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur. Dengan KMS gangguan pertumbuhan atau risiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat. KMS digunakan sebagai instrumen utama kegiatan pemantauan pertumbuhan. Tindak lanjut hasil pemantauan pertumbuhan biasanya berupa konseling, pemberian makanan tambahan, pemberian suplementasi gizi dan rujukan (Depkes RI 2009).
b.      Fungsi KMS
1)        Sebagai alat untuk pemantauan pertumbuhan anak.
2)        Sebagai catatan pelayanan kesehatan anak.
3)        Sebagai alat edukasi
c.       Kegunaan KMS
1)      Bagi orang tua balita
Orang tua balita juga dapat mengetahui apakah anaknya telah mendapat imunisasi tepat waktu dan lengkap dan mendapatkan kapsul vitamin A secara rutin sesuai dengan dosis yang di anjurkan.

2)      Bagi kader
KMS juga digunakan kader untuk memberikan pujian kepada ibu bila berat badan anaknya naik serta mengingatkan ibu untuk menimbangkan anaknya di posyandu atau fasilitas kesehatan pada bulan berikutnya.
3)      Bagi petugas kesehatan
Petugas dapat menggunakan KMS untuk mengetahui jenis pelayanan kesehatan yang telah diterima anak, seperti imunisasi dan kapsul vitamin A. Bila anak belum meneroma pelayanan maka petugas harus memberikan imunisasi dan kapsul vitamin A sesuai dengan jadwalnya.Petugas kesehatan juga dapat menggerakkan tokoh masyarakat dalam kegiatan pemantauan pertumbuhan.
d.      Penjelasan Umum KMS Balita
KMS balita 2008 dibedakan antara KMS anak laki-laki dengan anak permpuan. KMS untuk laki-laki berwarna dasar biru dan terdapat tulisan untuk laki-laki. KMS anak perempuan berwarna dasar merah muda dan terdapat tulisan untuk perempuan.
e.   Langkah-langkah Pengisian KMS
1)      Memilih mengisi KMS sesuai jenis kelamin.
2)      Mengisi nama anak dan nama tempat pelayanan pada halaman KMS.
3)      Mengisi bulan lahir dan bulan penimbangan anak.
4)      Meletakkan titik berat badan dan membuat garis pertumbuhan anak.
5)      Mencatat setiap kejadian yang di alami anak.
6)      Menentukan status pertumbuhan anak.
7)      Isi kolom pemberian ASI eksklusif.
f.       Tindak lanjut Hasil Penimbangan
Tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian pertumbuhan balita adalah sebagai berikut :
1)      Berat badan naik (N)
2)      Berat badan tidak naik 1 kali (T1)
3)      Berat badan tidak naik 2 kali (T2) atau status gizi kurang (Depkes RI, 2009).

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1.  Kerangka Konsep
Kerangka konsep tentang  Gambaran Pola Pemberian Makan Terhadap Status Gizi Balita di Posyandu Kemala II Kelurahan Suka Mulia Wilayah Kerja Puskesmas Sail  Kota Pekanbaru Tahun 2010 digambarkan dalam skema sebagai berikut:
    Variabel Independen                                                  Variabel Dependen
Pola Makan
-            cara pemberian makanan                                            Status gizi Anak Balita
-            menu Pemberian makanan

3.2.   Definisi Operasional
Defenisi operasional adalah mendefenisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Defenisi operasional pada variabel penelitian dapat dilihat pada bentuk matriks di bawah ini.


Tabel 3.1
Defenisi variabel secara operasional
No
Variabel
Defenisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Skala Ukur
Hasil Ukur
1










2










3
Cara pemberian makanan








Menu pemberian makanan








Status gizi
Cara orang tua dalam memberikan makanan kepada anak balitanya







Jenis dan bentuk makanan yang diberikan orang tua kepada anak balitanya






Keadaan gizi seseorang atau kelompok yang diukur berdasarkan Berat Badan/Umur.
Observasi










Observasi










Menimbang
Kuisioner










Kuisioner










Antropometri BB/U dengan timbangan
Ordinal










Ordinal










Ordinal
Baik :
Bila menjawab benar
76-100% (6-7 dari 7 soal).
Cukup :
Bila menjawab benar
56-75% (4-5 dari 7 soal
Kurang:
Bila menjawab benar
<56% (≤ 3 dari 7 soal 

Baik :
Bila menjawab benar
76-100% (7-8 dari 8 soal).
Cukup :
Bila menjawab benar
56-75% (5-6 dari 7 soal
Kurang:
Bila menjawab benar
<56% (≤ 4 dari 7 soal 

Tabel baku
Rujukan WHO-National Center for Health Statistics(NCHS)
berat Badan menrut Umur (bb/u) :
- Gizi Lebih : >2 SD,
Gizi Baik : -2 SD s/d 2 SD,
- Gizi Kurang:  < - 2 SD s/d - 3 SD,
Gizi Buruk: < - 3 SD  (Depkes RI, 2003)






BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1.  Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variable atau lebih (indevenden) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel yang lain yang merupakan penelitian dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan atau suatu fenomena yang sedang dihadapi pada situasi sekarang.
4.2.  Tempat dan Waktu
4.2.1.      Tempat
Tempat Penelitian ini adalah di Posyandu Kemala II Kelurahan Suka Mulia Wilayah Kerja Puskesmas Sail Kota Pekanbaru tahun 2010.
4.2.2.      Waktu
Waktu Penelitian ini adalah bulan November tahun 2010.
4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1        Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Aziz, 2007: 60). Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 96 orang.
29


4.3.2.      Sampel
Sampel diambil dari populasi balita yang terdapat diwilayah kerja puskesmas sail dengan tehnik pengambilan sampel yaitu simple random sampling, dimana pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata  yang ada dalam anggota populasi, cara ini dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen, sebagai mana contoh bila populasinya homogen kemudian sampel di ambil secara acak, maka akan didapatkan sampel yang representatif.
Jumlah sampel yang diambil adalah dengan menggunakan rumus :
                                                     N
Rumus      : n   =                        
                                                        1 + N (d2)
Keterangan           : n   =   Besarnya sampel
                    N   =   Besarnya Populasi
                    d    =   Tingkat kesalahan
Diketahui:    N  =   96 orang
                                         d  =   10% (0,1)
                96
   n  = 
      1 + 96 (0,12)
                 96
n  = 
1 + 96 (0,01)
                96
n  = 
                 1,96
n  =   48,9
n  =   49 orang

Adapun kriteria inklusi dari sampel adalah :
a.    Ibu-ibu yang mempunyai Balita (umur 1- 5 tahun) yang ada di wilayah kerja puskesmas sail.
b.    Anak balita yang mempunyai KMS.
c.    Ibu-ibu yang bersedia menjadi responden.
4.4  Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini  adalah beberapa kuisioner yang dibuat secara sederhana sehingga mudah dimengerti dan di pahami oleh masyarakat, dengan beberapa pertanyaan  yang berhubungan dengan masalah penelitian.

4.5 Alat Pengumpulan Data
4.5.1.   Data Primer
Pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan data primer yaitu dengan menggunakan kuisioner yang diberikan kepada ibu ibu yang mempunyai anak balita dan menggunakan KMS yang ada pada anak balita.
4.5.2.      Data Sekunder
Pengumpulan data dengan mengumpulkan data sekunder yaitu diperoleh melalui studi kepustakaan, bahan-bahan dari internet dan buku-buku yang sesuai dengan bahasan masalah yang diteliti, dan data-data yang mendukung dokumentasi yang di peroleh peneliti di wilayah Puskesmas sail.


4.6.      Teknik pengolahan data
Menurut Aziz, 2007 : 107- 108 dalam mengolah data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan mengubah data menjadi informasi.
Langkah – langkah pengolahan data yaitu sebagai berikut :
4.6.1.   Editing (penyusunan dan pemeriksaan data)
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan.Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
4.6.2.   Coding (mengkode data)
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.Pemberian kode terhadap data ini sangat penting bila pengolahan dan analisi data menggunakan komputer.
4.6.3    Enteri data (pemasukan data)
Data enteri adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau databese komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontigensi.
4.6.4.   Melakukan teknik analisis
Dalam melakukan analisa, khusus terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis.


4.7.      Analisa Data
4.7.1.   Analisa Univariat
Analisa data yang digunakan di lakukan menggunakan analisa univariat yaitu untuk mengambarkan frekuensi persentase dan hasil penelitian yang nantinya dapat dijadikan tolok ukur dalam pembahasan dan kesimpulan. Untuk mencari persentase digunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
P =  persentase responden yang dicari
F = Frekuensi kelas
N = Jumlah jawaban yang benar seluruhnya.

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1  Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Posyandu Kemala II Kelurahan Suka Mulia Wilayah Kerja Puskesmas Sail Pekanbaru tahun 2010 maka didapatkan hasil  sebagai berikut:
5.1.1   Data umum
a.    Umur Ibu
Tabel 4.1
Distribusi Responden Menurut Umur Ibu Anak Balita
 Di wilayah kerja Puskesmas Sail
 Kota Pekanbaru Tahun 2010
No
Umur
Frekuensi
Persentase (%)
1
2
3
4
5
6
23-26
27-30
31-34
35-38
39-42
43 ≥
11
10
6
17
4
1
22,4
20,4
12,2
34,7
8,2
2,1

      Jumlah
49
100

Berdasarkan dari Tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden berada pada kelompok umur 35-38 tahun dengan jumlah 17 responden (34,7%).
34


b.   Pekerjaan
Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu Anak Balita
 Di wilayah kerja Puskesmas Sail
 Kota Pekanbaru Tahun 2010
No
Pekerjaan
Frekuensi
Persentase (%)
1
2
3
Ibu rumah tangga
Wiraswasta
PNS
45
3
1
91,8
6,1
2,1

      Jumlah
49
100

Berdasarkan dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa pekerjaan ibu anak balita diwilayah kerja puskesmas Sail mayoritas Ibu Rumah Tangga yaitu 45 orang (91,8%).
c.    Tingkat pendidikan
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pedidikan Ibu Anak Balita
Di wilayah kerja Puskesmas Sail
Kota Pekanbaru Tahun 2010
No
Tingkat Pendidikan
Frekuensi
Persentase (%)
1
2
3
4
SD
SMP
SMA
PT
1
13
34
1
2,1
26,5
69,3
2,1

Jumlah
49
100
       
Berdasarkan dari tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa pendidikan ibu anak balita diwilayah kerja puskesmas Sail mayoritas SMA yaitu 34 orang(69,3%).
d.   Umur anak balita
Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Anak Balita
 Di wilayah kerja Puskesmas Sail
 Kota Pekanbaru Tahun 2010
No
Umur anak balita
Frekuensi
Persentase (%)
1
2
1 – 3 tahun
3 – 5 tahun
28
21
57,1
42,9

      Jumlah
49
100
                
Berdasarkan dari tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa umur anak balita diwilayah kerja puskesmas Sail mayoritas umur 1-3 tahun yaitu 28 Orang (57,1%).
e.    Jenis kelamin
Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Anak Balita
 Di wilayah kerja Puskesmas Sail
 Kota Pekanbaru Tahun 2010
No
Jenis Kelami
Frekuensi
Persentase (%)
1
2
Laki – laki
Perempuan
18
31
36,7
63,3

      Jumlah
49
100
                
Dari tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa jenis kelamin anak balita diwilayah kerja puskesmas Sail mayoritas berjenis kelamin Perempuan yaitu 31 Orang (63,3%).
5.1.2   Data Khusus
a.    Cara pemberian makananan pada anak balita
Tabel 4.6
Distribusi Responden Menurut Cara Pemberian Makanan
Pada Anak Balita Di wilayah kerja Puskesmas Sail
Kota Pekanbaru Tahun 2010
No
Cara Pemberian Makanan
Frekuensi
Persentase (%)
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
24
22
3
49,0
44,9
6,1

      Jumlah
49
100
                
Dari Tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa cara pemberian makanan pada anak balita di wilayah kerja puskesmas Sail mayoritas baik yaitu sebanyak  24 Orang (49,0%).
b.   Menu pemberian makanan pada anak balita
Tabel 4.7
Distribusi Responden Menurut Menu Pemberian Makanan
Pada Anak Balita Di wilayah kerja Puskesmas Sail
Kota Pekanbaru Tahun 2010
No
Menu Pemberian Makanan
Frekuensi
Persentase (%)
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
25
16
8
51,0
32,7
16,3

      Jumlah
49
100
Dari Tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa menu pemberian makanan pada anak balita di wilayah kerja puskesmas Sail  mayoritas baik yaitu sebanyak  25 Orang (51,0%).
c.       Status gizi anak balita
Tabel 4.8
Distribusi Responden Menurut Status Gizi Anak Balita
Di wilayah kerja Puskesmas Sail
Kota Pekanbaru Tahun 2010
No
Status Gizi
Frekuensi
Persentase (%)
1
2
3
4
Lebih
Baik
Kurang
Buruk
2
43
3
1
4,1
87,7
6,1
2,1

      Jumlah
49
100
                
Dari Tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa status gizi anak balita di wilayah kerja puskesmas Sail  mayoritas gizi baik yaitu sebanyak 43 Orang (87,7%).
5.2  Pembahasan
5.2.1   Data khusus
1.    Gambaran pola pemberian makanan terhadap statsus gizi anak balita di wilayah kerja puskesmas sail kota pekanbaru
a.    Distribusi responden berdasarkan cara pemberian makanan pada anak balita
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh cara pemberian makanan pada anak balita di wilayah kerja puskesmas sail sebagian besar berkategori baik sebanyak 30 orang (61,2%), didapatkan bahwa ibu-ibu di posyandu kemala II kelurahan suka mulia wilayah kerja puskesmas Sail telah memperhatikan selera makan anaknya, anak diberi kebebasan untuk menentukan dengan siapa ia makan, ibu juga menyediakan peralatan khusus untuk anaknya, hal ini semua sangat berkaitan dengan pengetahuan ibu-ibu dalam memberikan makan pada anaknya, Apabila pengetahuan penyediaan makanan didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif. Maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003 : 121). Dengan kelanggengan tersebut akan tertanam kebiasaan pola makan yang baik dalam keluarga khususnya pada balita.
b.    Distribusi responden berdasarkan menu pemberian makanan pada anak balita
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh menu pemberian makanan pada anak balita di posyandu kemala II kelurahan suka mulia wilayah kerja puskesmas Sail sebagian besar berkategori baik sebanyak 32 orang (65,3%), berarti ibu-ibu diwilayah kerja puskesmas sail telah memperhatikan menu yang akan diberikan kepada anaknya sesuai dengan kebutuhan gizinya, seperti kabohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral, ibu juga telah memberikan makanan yang bervariasi pada anaknya, anak juga diberi makanan pokok yang beraneka ragam selain nasi seperti kentang, jagung, ubi, roti, singkong, hal ini dikuatkan dengan teori yang mengatakan pengaturan makanan yang sehat dengan susunan hidangan menu sesuai dengan kebutuhan gizi esensial dalam jumlah yang ideal disesuaikan dengan daya toleransi anak (Amalia, 2006).
c.    Distribusi responden berdasarkan status gizi anak balita
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh status gizi anak balita di posyandu kemala II kelurahan suka mulia wilayah kerja puskesmas sail sebagian besar berkategori baik sebanyak 43 orang (87,7%), hal ini disebabkan oleh pola asuh ibu yang baik terhadap anaknya, khususnya dalam pemberian makanan kepada anaknya sehingga kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi, sesuai dikatakan oleh Supariasa dkk (2002), dimana status gizi adalah suatu keadaan kesehatan seseorang atau kelompok yang ditentukan oleh kebutuhan fisik akan energi dan zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya di ukur secara antropometri.




BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1      Kesimpulan
1.      Berdasarkan hasil penelitian tentang cara dalam pemberian makanan pada anak balita terhadap status gizinya di Posyandu Kemala II Kelurahan Suka Mulia Wlayah Kerja Puskesmas Sail kecamatan Sail Kota Pekanbaru sebagian besar berkategori baik sebanyak 61,2%.
2.      Berdasarkan hasil penelitian tentang Menu pemberian makanan pada anak balita terhadap status gizinya di Posyandu Kemala II Kelurahan Suka Mulia Wlayah Kerja Puskesmas Sail kecamatan Sail Kota Pekanbaru sebagian besar berkatageri baik sebanyak 65,3 %.
3.      Berdasarkan hasil penelitian tentang Status gizi anak balita di Posyandu Kemala II Kelurahan Suka Mulia Wlayah Kerja Puskesmas Sail kecamatan Sail Kota Pekanbaru sebagian besar berkategori baik sebanyak 87,7 %.
6.2      Saran
1.      Dapat memberikan informasi atau pengetahuan melalui kegiatan penyuluhan kesehatan, mengenai gizi terutama dalam hal cara pemberian makanan, menu pemberian makanan dan konsep status gizi terutama ibu-ibu yang mempunyai anak balita.
2.      Diharapkan ini sebagai bahan informasi dan menambah literatur bacaan pada perpustakaan dapat menyediakan buku-buku yang dibutuhkan oleh mahasiswa khususnya buku-buku tentang gizi.
3.      Bagi peneliti berikutnya untuk dapat melanjutkan penelitian dengan variabel, metoda dan desain yang berbeda.


1 komentar:

 

Design By:
SkinCorner